CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA BOHAY PART5

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA BOHAY PART5

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA BOHAY PART5, Hasrat-Bispak34 Ke-2  payudaraku pastilah telah mulai kelihatan oleh Wawan dan Suwito yang saat ini jadi menelan ludah. Saya terus turunkan handuk ini sampai ujung atas bibir vaginaku yang telah berkali kali berisi penis mereka itu terekspos dihadapan mereka.

Wawan dan Suwito lagi melotot menyaksikani badanku, hingga sampai mata mereka seperti mau keluar tempatnya. Saya kian bergairah merayu mereka, serta pada kondisi telanjang bundar sebagai berikut, perlahan-lahan saya mengubah badanku, lalu saya mengambil langkah mengarah almari bajuku dengan kaki tersilang seperti orang bentuk yang lagi jalan di atas catwalk.

Saya ambil bra dan celana dalamku dari almari bajuku, berniat kupilih bra yang memiliki ukuran paling kecil antara semua punyaku. Lantas saya kembali merapat ke jendela, dan saya ambil langkah kesana dengan style seperti barusan sembari mengerling nakal dari mereka.

Seterusnya saya menyengaja berlambat lamban memakai bra ini, perlahan-lahan tutup ke-2  payudaraku.

"Non… marilah non… membuka dong…", saya dengar nada Wawan serta Suwito di luar yang meminta minta dengan paras porno mereka itu.

Entahlah apa yang mereka mohon buat dibuka, bra yang telah kukenakan ini, atau daun jendela kamarku ini, atau pintu kamarku, yang nyata saya mustahil pengen memenuhi permintaan mereka.

Dan dalam hati saya marah-marah, disini saya dapat dengar kata-kata mereka yang tidak terlampau keras itu dengan terang, tetapi barusan itu mereka beraga gak mendengarku. Karenanya saya memastikan untuk bikin mereka kian haus serta lapar dapat badanku, toh saya aman aman saja di sini.

Saya kembali mengerling dengan nakal mengarah mereka berdua. Saya lagi memakai celana dalamku, serta seperti barusan, saya berlambat pelan menambah celana dalamku melalui ke-2  pahaku, hingga akhirnya celana dalamku ini tutup selangkanganku dengan prima.

Lalu saya dekati mereka, seperti saya pengin mempertunjukkan badanku lebih terang dari mereka semua.  Seterusnya saya mengusung ke-2  tanganku, pejamkan mataku dan memutar badanku seolah sedang menari.

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA BOHAY PART5

Lalu saya melebarkan tanganku, menggenggam gordin jendela kamarku dan tutup sejumlah badanku dengan gordin itu, sekalian mengerling nakal mengarah mereka bertiga.

"Telah, saya ingin tidur!", saya berbicara dengan suara keras, lalu saya tutup gordin jendela kamarku ini.

Saya ketawa geli mengayalkan tidak tahu sekesal apa Wawan dan Suwito saat ini padaku. Kudengar dobrakan dobrakan kecil pada jendela kamarku, namun saya tentunya gak ingin menyikapi semuanya.

Perlahan-lahan saya menghela napas panjang, lalu saya ke meja dandanku untuk keringkan rambutku dengan hair dryer. Saat lagi saya keringkan rambutku, kudengar handel pintuku tersentak sentak berulangkali, ternyata mereka telah terbakar hasrat serta memaksakan masuk ke sini untuk memperolehku, menggagahiku dan melumat habis badanku.

Jantungku berdetak cepat, dan saya jadi sedikit tegang juga.  Namun saya coba tenang. Saya tahu saya dapat aman dalam kamarku, mereka tidak dapat berani lakukan perbuatan lebih jauh seperti menggedor pintu kamarku ini. Sehabis rambut ini kusisir rapi sampai berasa lembut serta nyaman, saya menentukan untuk selekasnya tidur siang.

Saya gak pengin tidur kelamaan, karenanya saya menyetel weker supaya berdering saat jam lima sore kelak. Lantas cuman memakai bra serta celana dalam semacam ini, saya meyusup masuk ke bed cover ranjangku.

Cukup sukar saya usaha untuk lekas tertidur. Andy terus ada di hadapanku tiap-tiap saya pejamkan mataku. Jika saya buka mataku, saya jadi mau malam lekas datang dan memikirkan begitu senangnya saya saat nanti Andy mengontakku.

Saya tersenyum senyuman sendiri, dan entahlah berapakah lama selanjutnya baru saya selanjutnya dapat tertidur.

VI. Marah Tiga Pejantan
Masih jam 1/2 empat sore waktu saya telah terjaga dari tidur siangku. Tetapi rasa lelah dan pegal yang menganiaya badanku waktu tiga ini hari telah menyusut banyak. Dan saya telah tersenyum senyuman kembali lantaran bayang-bayang Andy udah kembali isikan hatiku.

"Non… non…", kudengar nada Sulikah yang mengetok pintu kamarku.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

"Iya, mengapa mbak?", tanyaku cemas.

"Ada tukang surat yang meminta tanda-tangan non Eliza", kata Sulikah.

"Oh ya mbak, tidak lama", jawabku dengan malas.

Saya keluar bedcover ranjangku, dan udara dingin AC kamarku langsung melanda badanku yang cuma berbalut bra dan celana dalam saja. Saya menggigil sementara dan langsung lari ke dalam lemari bajuku, lalu saya selekasnya memakai busana rumah ala-ala takarannya.

"Aduh… krusial deh…", saya mengeluhkan dengan cemas.

Saya melihat dari balik korden jendela kamarku, nampaknya Wawan dan Suwito tidak di muka jendela kamarku. Entahlah berada pada mana mereka saat ini, tidak boleh jangan mereka sedang nungguin saya di muka pintu kamarku.

Karena itu dengan takut takut saya melihat dari kaca pengintip pintu kamarku, dan saya cuma dapat menyaksikan Sulikah yang menantiku.

"Mbak, harus saya ya yang tanda-tangan?", saya menanyakan dengan impian jawabnya tidak.

"Kata tukang suratnya sich mesti non Eliza", jawab Sulikah.

Saya sedikit lemas dengar jawaban Sulikah ini. Saya pengin melepaskan tukang surat itu pergi, tetapi saya tidak ingin kedepannya saya jadi bertambah ribet jika nyatanya yang bakal dikatakan tukang surat itu suatu hal yang perlu. Mau tak mau saya tempuh risiko ini. Perlahan-lahan saya buka pintu kamarku, dan dengan ingin harap resah saya melihat apa mereka berada di sekitaran sini.

"Mbak, mereka berada di mana?", tanyaku dengan berbisik bisik.

"Barusan sich berada pada kamar mereka, mbak", jawab Sulikah sembari tersenyum senyuman.

Dasar, ini orang menyaksikan anak majikannya takut akan disetubuhi, bukan kasihan, jadi senyuman senyuman sesuai ini. Saya sedikit jengkel di Sulikah, tetapi saya gak berucap apa apa serta lekas turun ketujuan pintu gerbang.

"Ya pak?", tanyaku di saat saya telah ada pada hadapan pengantar itu.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Kunjungi Juga : Pencuri Jackpot & Pemburu Hadiah

"Ini ada kiriman untuk mbak, tolong tanda-tangan di sini ya", kata loper itu sembari memberinya sebuah amplop padaku, yang rupanya didalamnya Disc. Card dari restaurant pujaan Jenny, berikut dengan suatu tandanya terima dan pulpen padaku.

"Oh ya, terima kasih pak", saya bercakap puas dan menanda bereskan pertanda terima itu, lalu saya masuk ke dengan girang.

Mempunyai arti esok atau Senin saya dapat memamerkan di Jenny dan Sherly, saya terlebih dulu yang memperoleh Diskon Card ini. Dan saya bakal membayari mereka berdua dari sana untuk membikin mereka lebih kecewa padaku :p

Tetapi jantungku hampir stop sewaktu di garasi saya menyaksikan Suwito langsung memburuku dengan gantengg seperti orang kelaparan. Saya menjerit ketakutan mengelit cekalan Suwito, dan saya lari ke dengan was-was, mengharapkan saya masih menyempatkan masuk ke kamarku dan menggembok pintu.

"Tidak perlu lari non, sia-sia saja", sindir Suwito sekalian ketawa, dan dia mulai mengartikulasikanrku, membuatku lebih ketakutan serta saya selalu lari ke tangga.

"Aaah… jangaan…", saya menjerit seram sewaktu tiba-tiba Wawan tampil dari balik tangga, dan saya mengelak sebisaku sewaktu Wawan  ingin tangkapku.

Saya tidak dapat ke tangga, pun gak dapat lari ke luar. Saya lari ke area tamu, namun perlahan-lahan mereka jadi membuatku terdesak di sofa ruangan tamu. Saya jadi ngotot serta melompati meja di area tamu ini, lalu saya punya tujuan larikan diri ke area keluarga.

Namun mereka bisa lebih cepat merintangiku, dan lagi menyekapku sampai saya kembali tersudut, terkepung di grandfather clock yang terpampang di ruangan tamu ini.

"Udah non, saat ini non Eliza berserah saja…", kata Wawan yang semakin merapat serta siap-siap menangkapku.

"Waktunya non berserah serta main main sama kami", Suwito menambah sekalian tersenyum cabul.

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA BOHAY PART5

Jantungku berdegap lebih kuat. Saya tahu saya tidak boleh hingga ketangkap mereka. Sebab mereka berdua yang nyata selanjutnya dapat tambah lagi dengan pak Bijakin, akan menggagahiku hingga sampai mereka senang merampungkan marah birahi mereka padaku.

"Ko… kok telah pulang?", kataku sembari arahkan penglihatanku ke pintu khusus ruangan keluarga yang dilihat disini.

Wawan serta Suwito langsung melihat menjurus pintu, pastilah mereka kaget 1/2 mati dengar kata kataku barusan.

Kesempatan berikut langsung kugunakan buat larikan diri ke arah area keluarga, serta saya lolos dari kepungan mereka berdua.

"Wah non Eliza nakal!", gerutu Suwito yang lantas langsung menyebutrku.

"Tak boleh lari non!", sengit Wawan yang turut mengartikulasikanrku.

Saya mati matian lari segera mungkin tuju tangga, serta keliatannya saya benar-benar lebih bisa cepat pada mereka. Saya terus ketujuan ke kamarku, serta saya sukses mengamankan pintu kamarku cocok saat sebelum handel pintu kamarku ini tersentak sentak.

Jantungku terasanya dapat lepas. Nyata Wawan serta Suwito lagi usaha buka pintu kamarku. Namun saya pun sadar kalaupun saya telah aman di kamarku ini.

‘YES!!', saya berteriak dalam hati dengan puas.

Lega sekali rasanya saya dapat bebas dari 2 maniak itu. Bukan saya gak pengin layani mereka, saya cuma mau menaruh tenagaku ini hari, sangat tidaklah sampai saya usai telephone dengan Andy malam nanti.

Saya sedikit berkeringat karena baru-baru ini lari dengan semaksimal mungkin seperti barusan. Napasku pun sedikit gak teratur serta badanku sedikit gemetaran, tetapi saat ini sudah semua aman. Dan saya memikir jika rendam di air hangat barangkali dapat turunkan kemelutku.

Jadi saya ambil satu set pakaian tukar komplet dengan bra serta celana dalam dari almari bajuku, serta saya mengambil langkah ke kamar mandiku. Tidak lupa saya membawa juga handuk yang terkait di muka wastafel, dan saya siap-siap nikmati nyamannya bathtub kamar mandiku.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

"Haaaaah…", saya menjerit ketakutan sewaktu saya lihat pak Bijakin yang ada di kamar mandiku, entahlah semenjak kapan dia ada pada sini.

Lembar untuk lembar kemeja yang kubawa bertumbangan ke lantai kamarku saat saya mundur mundur sekalian menggelengkan kepalaku berkali kali, sementara pak Bijakin mulai dekatiku.

"Pak… tidak boleh pak…", saya merengek-rengek dengan suara memelas, namun kondisi ini tetap, pak Bijakin terus dekatiku.

Saya makin cemas, tidak tahu mesti lari ke mana. Tetapi saya masih punyai asa. Asal saya dapat memperdayai pak Berbudiin sampai saya dapat lari ke kamar mandi dalam kamarku ini serta menutup pintunya, kemungkinan saya masih dapat selamat, sedikitnya untuk beberapa waktu.

"Pak… ya sudah Eliza pengen sama pak Bijaksanain saja, tetapi gak boleh panggil lainnya ya", saya berniat merengek-rengek dengan manja dan sekarang saya justru merapat menjurus pak Bijakin.

Saya bakal menarik kaus yang kukenakan ini, tetapi saya hentikan niatku saat pak Bijakin yang tetap berdiri di muka pintu kamar mandiku ini jadi buka korden kamarku yang memanglah ada di dekatnya.

Saya telah putus harapan, impianku sirna betul-betul saat saya memandang kunci jendela kamarku dibuka oleh pak Bijakin, lantaran itu bermakna jalan masuk ke kamarku terbuka untuk Wawan serta Suwito.

Saya mustahil memiliki cukup waktu buat larikan diri melalui pintu kamarku yang terkunci ini, sebab pada saat saya memutar kunci pintu kamarku, pak Bijaksanain tentu sudah membekukku.

"Saya sich suka senang saja non jika dapat ngeseks sama non sendirian, sekedar saya tidak nikmat sama Wawan serta Suwito. Saya dapat turut nikmati non Eliza kan karena mereka pula", kata pak Berbudiin yang sekarang kembali merapat ke arahku.

Saya benar-benar jengkel dengar kata-kata pak Bijakin, yang betul itu. Jika dahulu Wawan serta Suwito tidak mulai kekurang tuntunan mereka kepadaku, belum pasti pak Bijakin dapat turut nikmati badanku sama mereka.

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA BOHAY PART5

Lebih kembali, belum pasti saya mesti jadi budak sex mereka bertiga di rumahku sendiri mulai sejak tahun akhir 2004 tempo hari.

Namun tidaklah ada waktu untukku untuk mengenang waktu kemarin.  Saya sadar waktu ini pak Berbudiin udah dekat sekali, dan saya sempat berputar-balik ke belakang buat mengelak waktu pak Bijaksanain coba tangkap badanku.

"Pak…", saya kembali mundur mundur ketakutan, saat ini saya nyata-nyata terasa akan ditiduri.

"Fiiin, kowe onok ndek njero toh? Mari bukaen pintu kamare dol!", saya dengar Wawan berseru dari depan pintu kamarku.

"Yo, untung toh maeng saya ngenteni nang njero kamar mandine non Eliza? Lek nggak, saiki kene lak ngaplo maneh? Tetapi saiki kowe mlebu teko jendelo ae Wan, kuncine wes tidak buko. Wedine non Eliza mlebu lan sembunyi nang njero kamar mandine lek saya mbukano pintu gawe kowe. To, kowe ngenteni nang ngarep pintu ae, ben Wawan seng mbuka pintune gawe kowe", kata pak Berbudiin dengan bahasa Suroboyoan dari mereka, dan pak Bijakin selalu dekatiku.

Yang tidak ketahui omongan mereka yang gunakan bahasa Suroboyoan itu, barusan Wawan menanyakan apa pak Berbudiin ada pada dalam kamarku, dan memerintah pak Berbudiin buka pintu kamarku untuk mereka.

Pak Berbudiin menyetujui bila dia ada pada dalam sini, sekalian menyenangkan diri karena dia barusan tunggu dalam kamar mandiku. Jika tak, waktu ini semua pastinya kembali tidak bekerja. Namun pak Bijaksanain memerintah Wawan masuk ke kamarku lewat jendela kamarku yang kuncinya udah dibuka olehnya, karena pak Bijakin cemas saya dapat masuk serta sembunyi dalam kamar mandiku saat dia buka pintu kamarku untuk Wawan.

Disamping itu pak Bijakin  memohon Suwito buat menanti di muka pintu kamarku, hingga sampai Wawan buka pintu kamarku untuk dia. Dengan demikian saya tidak mungkin dapat larikan diri melalui mana saja, karena semuanya jalan keluar kamarku udah terbangun oleh mereka.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Nyata-nyata hilang ingatan, pak Berbudiin sampai udah bikin trick sesuai ini buat tangkapku, serta benar-benar mereka sukses membuatku terkepung dalam kamarku sendiri. Entahlah bagaimana dia dapat memikir soal ini, yang pasti kini saya tidak dapat lakukan perbuatan apa manalagi, serta saya tinggal menanti waktu saat sebelum badanku ini jatuh ke tangan mereka.

"Aduh… tak boleh paak…", saya menjerit sewaktu ke-2  tanganku telah ketangkap pak Bijaksanain yang tiba-tiba membekukku, serta saya sekalipun tidak sempat mengelit karena semangatku telah redup.

Saya mulai coba meronta, namun seluruhnya sia-sia saja. Apalah makna tenagaku, orang gadis yang imut kalaupun diperbandingkan dengan pak Bijakin yang miliki tubuh tegap serta kekar itu?

Tidak berapa lama kemudian Wawan masuk dari jendela kamarku, lalu dia menutupnya. Gordin itu pun ditutup olehnya.

"Pintar kowe Fin", kata Wawan yang nampak benar-benar suka dengan kesuksesan trick pak Bijaksanain.

Lalu Wawan melangkah menjurus pintu kamarku, sekalian menatapku dengan senyuman penuh kemenangan, dan dia buka pintu kamarku untuk Suwito. Mereka berdua sama sama tos dengan semangat, membuatku kian lemas menyaksikan ini semua. 

VI. Pembantaian Itu Mulai
Lengkaplah ke-3  pejantan yang pasti selekasnya melumat badanku buat melepaskan marah mereka padaku. Entahlah mereka bakal membabatku seperti apakah, saya gak berani mengayalkan nasibku akan seburuk apa ini hari.

Saya meronta ronta saat lagi Wawan serta Suwito dekatiku sekalian menyeringai. Biarpun sesungguhnya mereka berulangkali nikmati badanku, tetap sekarang ini saya takut seram memandang tatapan mereka yang seperti mau menelanku bundar bulat.

Saya lagi coba membebaskan ke-2  tanganku dari cengkaman tangan pak Bijaksanain.

"Jangan… tidak boleh sekarang… esok saja… tidak boleh hari ini… saya mmpph…", permintaanku yang sia sia ini terputus oleh Suwito yang dengan buas telah melumat bibirku.

Saat lagi saya mengerang rintih hingga selanjutnya megap megap lantaran kekurangan napas, kurasakan celana pendek berikut celana dalamku telah dilorotkan.

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA BOHAY PART5

Saya gak memandang siapakah yang melakukan, tetapi dengan pak Berbudiin yang mencengkam ke-2  tanganku serta Suwito yang masih tetap memagut bibirku, saya tahu pelaksananya pastinya Wawan.

Ke-2  kakiku sedikit direntangkan, dan selanjutnya Wawan memagut bibir vaginaku dengan penuh hasrat.

Saya mulai melemas, dan waktu pak Berbudiin melepas cekamannya di tangan kananku, saya udah begitu rusuh untuk memanfaatkan tangan kananku entahlah buat memajukan Suwito masih repot melumat bibirku, maupun Wawan yang memagut bibir vaginaku. Bahkan tenaga pada tangan kananku ini rasanya lesap entahlah ke mana.

"Mmhh… sudaah… lepaskan…", saya meminta serta merengek-rengek di saat Suwito membebaskan pagutannya di bibirku.

"Lepasin? Non Eliza tidak boleh mimpi dech!", kata Suwito dengan napas mengincar, dan dia bersama pak Berbudiin menarik kaus yang kukenakan ini ke atas sampai lepas dari badanku.

Saat ini saya tinggal memakai bra yang punya warna putih ini, serta saya tahu tidak lama lagi pembantaian pada diriku bakal selekasnya diawali.

Pak Berbudiin serta Suwito yang berdiri di sisi kiri dan kananku ini, melingkarkan ke-2  tanganku di leher mereka.

BERSAMBUNG...

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama